Kamis, 21 Juni 2012


  • STANDARDISASI LARUTAN HCl DENGAN LARUTAN STANDARD Natrium tetraborat atau Boraks (Na2B4O7.10H2O) 0,1000 N.
Tujuan :
Menstandardisasi larutan HCl (yang sudah disiapkan) dengan larutan standar Natrium tetraborat atau Boraks 0,1000 N.
Prinsip :
Larutan HCl sebagai larutan asam dapat distandardisasi dengan larutan Boraks yang merupakan garam berbasa dua (BE = ½Mr).
Cara Kerja :
  • Siapkan larutan standar Boraks 0,1000 N dengan cara melarutkan 10,645 gram Boraks dengan aquades di dalam labu ukur 1000 mL.
  • Siapkan larutan HCl 0,1N dengan cara melarutkan 8-9 mL HCl pekat dengan aquades di dalam labu ukur 1000 mL.
  • Dipipet 25,00 mL larutan Boraks dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2 -3tetes indikator metil merah.
  • Titrasi dengan larutan HCl tersebut (yang sudah diisikan ke dalam buret) sampai titik akhir (terjadi perubahan warna).
  • Percobaan diulang 3 kali
  • Hitung normalitas larutan HCl dengan persamaan :
artikel 24
  • STANDARDISASI LARUTAN NaOH DENGAN LARUTAN HCl.
Tujuan :
Menstandardisasi larutan NaOH dengan larutan HCl yang telah distandardisasi.
Prinsip :
Larutan HCl yang telah distandardisasimisalnya dengan Boraks dapat digunakan untuk menstandardisasi larutan NaOH.
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Cara Kerja :
  • Siapkan larutan NaOH 0,1 N dengan cara 50 gram NaOH ditambah aquades 50 mL didalam beaker glass, biarkan beberapa lama sampai jernih. Setelah jernih ambil 6,5 mL dan encerkan dengan aquades sampai 1000 ml dalam labu ukur.
  • Ambil 25,00 mL larutan NaOH diatas dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator metil orange.
  • Titrasi dengan larutan HCl yang telah distandarisasi dengan larutan Boraks, sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna).
  • Percobaan diulang 3 kali
  • Hitung normalitas NaOH dengan persamaan :
artikel 25
  • STANDARDISASI LARUTAN NaOH DENGAN LARUTAN ASAM OKSALAT
Tujuan :
Menstandardisasi larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.
Prinsip :
Larutan NaOH dapat distandardisasi dengan larutan standar asam oksalat dengan BE = ½ Mr.
NaOH + H2C2O4 ? Na2C2O4 + 2 H2O
Cara kerja :
  • Siapkan larutan NaOH 0,1N dengan cara seperti pada standarisasi NaOH dengan HCl.
  • Siapkan larutan standar asam oksalat 0,1000 N dengan cara melarutkan sekitar 12-13 gram asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dengan aquades sampai 1000 mL dalam labu ukur.
  • Diambil 25,00 mL larutan asam oksalat 0,1000 N dengan pipet volume, tuangkan kedalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalin (pp).
  • Titrasi dengan larutan NaOH yang sudah disiapkan sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna).
  • Percobaan dilakukan 3 kali
  • Hitung normalitas NaOH dengan persamaan :
artikel 26
  • PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA MAKAN
Tujuan :
Menentukan kadar asam asetat dalam cuka makan dengan cara menstandardisasi larutan cuka dengan larutan standar NaOH.
Prinsip :
Asam asetat sebagai larutan berasam satu dapat distandardisasi dengan larutan NaOH (BE asam asetat = Mr asam asetat)
NaOH + HOAc ? NaOAc + H2O
Cara Kerja :
  • Ambil 10,00 mL cuka makan dengan pipet volume, tuangkan ke dalam labu ukur 250 mL dan encerkan dengan aquades sampai tanda batas.
  • Ambil 25,00 mL dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalin (pp).
  • Titrasi dengan larutan NaOH yang telah distandardisasi dengan HCl atau asam oksalat sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna).
  • Percobaan diulang 3 kali
  • Hitung kadar (%) asam asetat dalam cuka makan dengan persamaan :
artikel 27
Catatan :
BJ cuka = berat / volume
  • PENENTUAN KADAR Na2CO3 DALAM SODA
Tujuan :
Menetukan kadar Na2CO3 dalam soda dengan cara menstandardisasi larutan soda dengan larutan standar HCl.
Prinsip :
Na2CO3 sebagai garam yang berbasa dua (dimana BE = ½ Mr) dapat distandarisasi dengan larutan standar HCl.
Karena pada titrasi ini terdapat dua titik ekivalen (TE) maka untuk TE I digunakan indikator fenolftalin (pp), sedangkan untuk TE II digunakan indikator methyl orange (MO).
gambar 6.2
Gambar 6.2. Kurva titrasi Na2CO3 dengan HCl
Cara Kerja :
  • Larutkan 10,00 gram sampel soda dengan akuades di dalam labu ukur 250 mL.
  • Diambil 25,00 mL larutan sampel tersebut dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator pp untuk TE I.
  • Titrasi dengan larutan standar HCl sampai terjadi perubahan warna.
  • Setelah terjadi perubahan warna tambahkan 2-3 tetes indikator MO sampai terjadi perubahan warna (untuk memperjelas TE II larutan didihkan pada saat mendekati atau sebelum TE II dicapai, dan setelah dididihkan, larutan didinginkan kembali kemudian titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna).
  • Percobaan diulang 3 kali
  • Hitung kadar Na2CO3 (%) dalam soda dengan persamaan berikut :
artikel 28

Kata Pencarian Artikel ini:

Jumat, 27 April 2012

penetapan hcl 0,1 N dengan boraks




  • STANDARDISASI LARUTAN HCl DENGAN LARUTAN STANDARD Natrium tetraborat atau Boraks (Na2B4O7.10H2O) 0,1000 N.
Tujuan :
Menstandardisasi larutan HCl (yang sudah disiapkan) dengan larutan standar Natrium tetraborat atau Boraks 0,1000 N.
Prinsip :
Larutan HCl sebagai larutan asam dapat distandardisasi dengan larutan Boraks yang merupakan garam berbasa dua (BE = ½Mr).
Cara Kerja :
  • Siapkan larutan standar Boraks 0,1000 N dengan cara melarutkan 10,645 gram Boraks dengan aquades di dalam labu ukur 1000 mL.
  • Siapkan larutan HCl 0,1N dengan cara melarutkan 8-9 mL HCl pekat dengan aquades di dalam labu ukur 1000 mL.
  • Dipipet 25,00 mL larutan Boraks dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2 -3tetes indikator metil merah.
  • Titrasi dengan larutan HCl tersebut (yang sudah diisikan ke dalam buret) sampai titik akhir (terjadi perubahan warna).
  • Percobaan diulang 3 kali
  • Hitung normalitas larutan HCl dengan persamaan :
artikel 24
  • STANDARDISASI LARUTAN NaOH DENGAN LARUTAN HCl.
Tujuan :
Menstandardisasi larutan NaOH dengan larutan HCl yang telah distandardisasi.
Prinsip :
Larutan HCl yang telah distandardisasimisalnya dengan Boraks dapat digunakan untuk menstandardisasi larutan NaOH.
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Cara Kerja :
  • Siapkan larutan NaOH 0,1 N dengan cara 50 gram NaOH ditambah aquades 50 mL didalam beaker glass, biarkan beberapa lama sampai jernih. Setelah jernih ambil 6,5 mL dan encerkan dengan aquades sampai 1000 ml dalam labu ukur.
  • Ambil 25,00 mL larutan NaOH diatas dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator metil orange.
  • Titrasi dengan larutan HCl yang telah distandarisasi dengan larutan Boraks, sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna).
  • Percobaan diulang 3 kali
  • Hitung normalitas NaOH dengan persamaan :
artikel 25
  • STANDARDISASI LARUTAN NaOH DENGAN LARUTAN ASAM OKSALAT
Tujuan :
Menstandardisasi larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.
Prinsip :
Larutan NaOH dapat distandardisasi dengan larutan standar asam oksalat dengan BE = ½ Mr.
NaOH + H2C2O4 ? Na2C2O4 + 2 H2O
Cara kerja :
  • Siapkan larutan NaOH 0,1N dengan cara seperti pada standarisasi NaOH dengan HCl.
  • Siapkan larutan standar asam oksalat 0,1000 N dengan cara melarutkan sekitar 12-13 gram asam oksalat (H2C2O4.2H2O) dengan aquades sampai 1000 mL dalam labu ukur.
  • Diambil 25,00 mL larutan asam oksalat 0,1000 N dengan pipet volume, tuangkan kedalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalin (pp).
  • Titrasi dengan larutan NaOH yang sudah disiapkan sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna).
  • Percobaan dilakukan 3 kali
  • Hitung normalitas NaOH dengan persamaan :
artikel 26
  • PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM CUKA MAKAN
Tujuan :
Menentukan kadar asam asetat dalam cuka makan dengan cara menstandardisasi larutan cuka dengan larutan standar NaOH.
Prinsip :
Asam asetat sebagai larutan berasam satu dapat distandardisasi dengan larutan NaOH (BE asam asetat = Mr asam asetat)
NaOH + HOAc ? NaOAc + H2O
Cara Kerja :
  • Ambil 10,00 mL cuka makan dengan pipet volume, tuangkan ke dalam labu ukur 250 mL dan encerkan dengan aquades sampai tanda batas.
  • Ambil 25,00 mL dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalin (pp).
  • Titrasi dengan larutan NaOH yang telah distandardisasi dengan HCl atau asam oksalat sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna).
  • Percobaan diulang 3 kali
  • Hitung kadar (%) asam asetat dalam cuka makan dengan persamaan :
artikel 27
Catatan :
BJ cuka = berat / volume
  • PENENTUAN KADAR Na2CO3 DALAM SODA
Tujuan :
Menetukan kadar Na2CO3 dalam soda dengan cara menstandardisasi larutan soda dengan larutan standar HCl.
Prinsip :
Na2CO3 sebagai garam yang berbasa dua (dimana BE = ½ Mr) dapat distandarisasi dengan larutan standar HCl.
Karena pada titrasi ini terdapat dua titik ekivalen (TE) maka untuk TE I digunakan indikator fenolftalin (pp), sedangkan untuk TE II digunakan indikator methyl orange (MO).
gambar 6.2
Gambar 6.2. Kurva titrasi Na2CO3 dengan HCl
Cara Kerja :
  • Larutkan 10,00 gram sampel soda dengan akuades di dalam labu ukur 250 mL.
  • Diambil 25,00 mL larutan sampel tersebut dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indikator pp untuk TE I.
  • Titrasi dengan larutan standar HCl sampai terjadi perubahan warna.
  • Setelah terjadi perubahan warna tambahkan 2-3 tetes indikator MO sampai terjadi perubahan warna (untuk memperjelas TE II larutan didihkan pada saat mendekati atau sebelum TE II dicapai, dan setelah dididihkan, larutan didinginkan kembali kemudian titrasi dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna).
  • Percobaan diulang 3 kali
  • Hitung kadar Na2CO3 (%) dalam soda dengan persamaan berikut :
artikel 28

Kata Pencarian Artikel ini:

PENETAPAN TITAR NAOH DENGAN ASAM OKSALAT



MEMBUAT LARUTAN BAKU ASAM OKSALAT
I.              Maksud dan tujuan :
Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara membuat larutan baku asam oksalat.
                               
II.  Teori dasar 
 TITRIMETRI atau VOLUMETRI

Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.


Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :
1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu ukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.
-
 Fungsi buret
Digunakan untuk mengukur volume larutan dengan presisi tinggi seperti titrasi dengan berbagai ukuran volume


- Fungsi labu ukur
Digunakan untuk menyiapkan larutan dalam kimia analitik yang konsentrasi dan jumlahnya diketahui dengan pasti dengan keakuratan yang sangat tinggi
Terbuat dari gelas dengan badan tabung yang rata dan leher yang panjang dengan penutup.
Di bagian leher terdapat lingkaran graduasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas.


-Fungsi pipet
Pipet (pipette, pipettor, chemical dropper)
Digunakan untuk memindahkan sejumlah cairan
Pipet tersedia untuk berbagai jenis penggunaan dengan berbagai tingkatan akurasi dan presisi.
Pipet dengan ukuran volume 1 hingga 1000 μl dinamakan mikropipet (micropipettes), sedangkan ukuran volume yang lebih besar dinamakan dengan makropipet (macropipettes)


Pipet ukur (measuring pipette)
Memindahkan larutan dengan berbagai ukuran volume


Pipet volume (volume pipette)
Memindahkan larutan dengan satu ukuran volume
Pipet tetes (drop pipette)
Membantu memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil tetes demi tetes.
2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan iodium.
Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar, misalnya larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.


Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan :
1. Reaksi Kimia :
Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)
Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Reaksi Pengendapan (presipitasi)
Reaksi pembentukan kompleks
2. Berdasarkan cara titrasi
Titrasi langsung
Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)
3. Berdasarkan jumlah sampel
Titrasi makro
Jumlah sampel : 100 – 1000 mg
Volume titran : 10 – 20 mL
Ketelitian buret : 0,02 mL.
Titrasi semi mikro
Jumlah sampel : 10 – 100 mg
Volume titran : 1 – 10 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
Titrasi mikro
Jumlah sampel : 1 – 10 mg
Volume titran : 0,1 – 1 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL


Analisa volumetri dapat digolongkan menjadi :
1. Asam –basa (netralisasi)
HCl + NaOH   -[1] NaCl  +  H2O
2.Oksidasi reduksi (redoks)
Fe2+ + Ce4+ [1] Fe3+ +  Fe3+
3. Pengendapan
Ag+ +   Cl-
[1] AgCl
4. Pembentukan kompleks
Ag+ +   2 Ag+ [1] Ag(CN)2-


Syarat-syarat reaksi pada volumetri :
1.Reaksi berlangsung sederhana dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi reaksi
2. Reaksi berlangsung terus menerus atau dengan cepat
3. Ada perubahan fisika atau kimia yang dapat dapat di deteksi apada titik
ekivalen, atau dapat mengubah indikator sehingga diketahui titik
akhirnya.


Syarat-syarat zat baku primer :
1.Harus mudah didapat dan dalam keadaan murni
2. Tidak higroskopis, tidak ter oksidasi, tidak menyerap udara dan selama
penyimpanan tidak boleh berubah.
3. Mengandung kotoran (zat lain) tidak melebihi 0,01%
4. Harus mempunyai berat ekivalen yang tinggi
5. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai
6. Reaksinya stoichiometri dan berlangsung terus menerus 6. Reaksinya stoichiometri dan berlangsung terus menerus.


TITRASI ASAM –BASA
Dalam hal ini terjadi kesetimbangan asam-basa
Oleh sebab itu agar dipelajari juga teori asam-basa menurut Arrhenius,
Bronsted Lowry dan menurut Lewis (kuliah tersendiri)


Indikator  asam – basa Indikator  asam – basa
Selama titrasi asam –basa  terjadi perubahan pH yang besar, untuk
menentukan titik akhir diperlukan suatu zat penolong yang disebut
indikator. Banyak asam-asam organik lemah atau basa-basa organik
lemah  yang berbeda warnanya bila berbentuk molekul atau
terdissosiasi  zat semacam ini disebut sebagai indikator visuil
Oleh sebab itu diperlukan cara pemilihan indikator yang benar, sehingga
apabila digunakan dalam titrasi titik akhir dekat dengan titik ekivalen Contoh indikator asam-basa


Nama Indikator      Warna asam    Warna basa           Trayek pH
Alizarin kuning         kuning                ungu                        10,1 -12,0
Fenolftalein               tak berwarna      merah                     8,0 -9,6
Timolftalein              tak berwarna       biru                        9,3 – 10,6
Timolftalein              tak berwarna       biru                        9,3 – 10,6
Fenol merah              kuning                 merah                    6,8 -8,4
Bromtimol blue        kuning                 biru                         6,0-7,6
Metil merah              merah                  kuning                    4,2 -6,2
Metil jingga              merah                  kuning                    3,1 -4,4
Para nitrofenol          tak berwarna       kuning                 5,0 -7,0
Timol blue                kuning                 biru                           8,0 -9,6
Tropeolin OO           merah                  kuning                     1,3 -3,0

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
  • Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
  • Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
  • Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)


Yang termasuk larutan baku dan larutan baku rimer :
No. Larutan Baku Baku Primer
1. NaOH H2C2O4 (as. oksalat), C6H5COOH (as. benzoat), KHP
2. HCl Na2B4O7 (nat. tetraborat), Na2CO3 (nat. karbonat)
3. KMnO4 H2C2O4, As2O3 (arsen trioksida)
4. Iodium As2O3, Na2S2O3.5H2O baku (nat. tio sulfat)
5. Serium (IV) Sulfat As2O3, serbuk Fe pa.
6. AgNO3 NaCl, NH4CNS
7. Na2S2O3 K2Cr2O7, KBrO3, KIO3
8. EDTA CaCO3 pa, Mg pa
  • Beberapa indikator dan trayek pH :
No. NamaIndikator Warna Trayek pH
Asam Basa
1. Metil Kuning Merah Kuning Jingga 2,9 – 4,0
2. Metil Jingga Merah Jingga Kuning 3,1 – 4,4
3. Bromo Fenol Blue Kuning Ungu 3,0 – 4,6
4. Merah Metil Merah Kuning 4,2 – 6,2
5. Fenol Merah Kuning Merah 6,4 – 8,0
6. Timol Blue Kuning Biru 8,0 – 9,6
7. Phenolphtalein Tidak Berwarna Merah Ungu 8,0 – 9,8
  • Bobot Ekuivalen
BE dalam titrasi asam – basa adalah banyaknya mol suatu zat yang setara dengan ion OH- atau ion H+.
Contoh :
HCl H+ + Cl-
1mol HCl setara dengan 1mol H+
BE HCl = 1 mol
H2SO4 2H+ + SO42-
1mol H2SO4 setara dengan 2mol H+
½ mol H2SO4 setara dengan 1mol H+
BE H2SO4 = ½ mol
  1. III.           Reaksi
Tidak ada.
  1. IV.          Alat dan peraksi
Alat-alat :
  • Neraca analitik
  • Corong gelas
  • Labu ukur 1000 ml
Pereaksi :
  • (COOH2)2 . 2H2O
  1. V.           Cara kerja :
Timbang tepat (COOH2)2 . 2 H2O sebanyak 0,1000 x 63 gr x 100/1000 = 0,6300 gram dengan kertas timbang.
 ^^^
Masukkan larutan tersebut kedalam labu ukur 100 ml dengan menggunakan corong gelas.
^^^
Encerkan larutan sampai garis takar dengan air suling.
 ^^^
Kocok 12 x sampai isinya serba sama (homogen).
 ^^^
Larutan siap dipakai sebagai larutan baku primer.
  1. VI.          Data dan perhitungan
H2C2O4 . 2 H2o  4   H2C2O4 š2 H+ + C2O42-
Berat Molekul (BM) = 126
Berat Equivalen (BE/ BS) = BM / valensi = 126/2 = 63 g/l.
1N~1 BE ~ 1 grek = 63,000 g/l.
0,1   x   100  x   63 = 0,6300 g/100 ml.
1         1000
Larutan baku atau standar :
-  Primer : H2C2O4
- Sekunder : NaOH
- Tersier : CH3 COOH
  
VII. Diskusi
Dalam mengencerkan larutan harus tepat pada garis karena jika sedikit saja lebih maka kadar asam oksalat akan berubah. Setelah itu larutan harus dikocok minimal 12 kali karena jika tidak larutan tidak akan homogen.

VIII. Kesimpulan
Dari praktikum ini menghasilkan kadar asam oksalat yaitu 0,6300 g/l.

Pembuatan larutan NaOH

I. TUJUAN PERCOBAANTujuan praktikum ini adalah untuk memahami dan melakukan standarisasi larutan serta menggunakannya untuk analisis kuantitatif sampel.

II. TINJAUAN PUSTAKALarutan yang mempunyai konsentrasi molar yang diketahui, dapat dengan mudah digunakan untuk reaksi-reaksi yang melibatkan prosedur kuantitaif. Kuantitas zat terlarut dalam suatu volume larutan itu, di mana volume itu diukur dengan teliti, dapat diketahui dengan tepat dari hubungan dasar berikut ini.Mol = liter x konsentrasi molar atau mmol = mL x konsentrasi molar.Perhitungan-perhitungan stoikiometri yang melibatkan larutan yang diketahui normalitasnya bahkan lebih sederhana lagi. Dengan definisi bobot ekuivalen, dua larutan akan bereaksi satu sama lain dengan tepat bila keduanya mengandung gram ekuivalen yang sama yaitu, jika V1 x N2 = V2 x N2.Dalam hubungan ini kedua normalitas harus dinyatakan dengan satuan yang sama, demikian juga kedua volum, satuan-satuan itu dapat dipilih secara sembarang.Larutan-larutan yang mempunyai normalitas yang diketahui sangat berguna walaupun hanya satu di antara pereaksi itu yang terlarut. Dalam hal ini jumlah gram ekuivalen (atau miliekuivalen) pereaksi yang tidak terlarut dapat dihitung dengan cara biasa, yaitu dengan membagi massa contoh dalam gram (atau miligram) dengan bobot ekuivalennya. Jumlah g-ek (atau mek) satu pereaksi tetap harus sama dengan g-ek (atau mek) zat yang lain (Brady, 1999).Volumetri atau tirimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik ekuivalen sehingga kepekatan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung (Syukri, 1999).Pada analisis volumetri diperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis volumetri.Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan dibawah ini :1. Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %2. Harus stabil3. Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan (Sukmariah, 1990).Suatu reaksi dapat digunakan sebagai dasar analisis tirimetri apabila memenuhi persyaratan berikut :1. Reaksi harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama.2. Reaksi harus sederhana dan diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan.3. Reaksi harus berlangsung secara sempurna.4. Mempunyai massa ekuivalen yang besarLarutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi (Sukmariah, 1990).Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.Tabel 1.1 Indikator untuk asam dan basa
Nama
Jangka pH dalam mana terjadi perubahan warna
Warna asam
Warna basa
Kuning metil
2 – 3
Merah
Kuning
Dinitrofenol
2,4 - 4,0
Tak berwarna
Kuning
Jingga metil
3 – 4,5
Merah
Kuning
Merah metil
4,4 – 6,6
Merah
Kuning
Lakmus
6 -8
Merah
Biru
Fenophtalein
8 – 10
Tak berwarna
Merah
Timolftalein
10 -12
Kuning
Ungu
Trinitrobenzena
12 -13
Tak berwarna
jingga


.
Titrasi asam basa yaitu sebagai berikut:
1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat. Misal : HCl + NaOH NaCl + H2O2. Titrasi asam lemah dan basa kuatPada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.Misal : Asam asetat dengan NaOHCH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O3. Titrasi basa lemah dan asam kuatPada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat.Misal : NH4OH dan HClNH4OH + HCl NH4Cl + H2O
4. Titrasi asam lemah dan basa lemahPada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Misal : Asam asetat dan NH4OH
CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2OpH larutan tergantung dari harga Ka dan KbBila Ka > Kb larutan bersifat asamBila Kb < Ka larutan bersifat basa (Sukmariah, 1990).

III. ALAT DAN BAHAN

A. ALATAlat-alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi gelas arloji, gelas beker 100 mL, pengaduk kaca, pipet tetes, pipet ukur, erlenmeyer 100 mL, labu takar 100 mL, dan buret 50 mL.

B. BAHANBahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini meliputi asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O), larutan standart NaOH 0,1 N, akuades, cuka makan komersial, dan indikator fenophtalein.

IV. PROSEDUR KERJA1. Pembuatan Larutan Standar Asam Oksalat dan Penggunaannya untuk Standarisasi Larutan NaOH.a. Sebanyak 1,26 gram asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) ditimbang dengan menggunakan gelas arolji dan neraca analitik.b. Asam Oksalat dipindahkan dari gelas arloji ke dalam gelas beker 100 mL, tambahkan 25-30 mL akuades, kemuadian diaduk hingga larut. Setelah itu gelas arloji dibilas dengan sedikit akuades, dan masukkan air bilasan ke dalam gelas beker yang berisi larutan asam oksalat tersebut.c. Larutan asam oksalat dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL, kemudiam gelas beker dibilas dengan sedikit akuades, air bilasan tersebut dimasukkan ke dalam labu takar.d. Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tepat tanda batas dan dikocok hingga homogen.e. Buret yang akan digunakan dicuci dengan menggunakan akuades kemuadian dikeringkan.f. Larutan asam oksalat yang telah dibuat dimasukkan ke dalam buret 50 mL.g. 10 mL larutan NaOH yang akan distandarisasi dimasukkan kedalam erlenmeyer kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator fenophtalein.h. Larutan NaOH dititrasi dengan larutan asam oksalat dari buret.i. Jika terjadi perubahan warna yang konstan titrasi dihentikan kemudian dicatat volume asam oksalat yang digunakan untuk titrasi.j. Dilakukan titrasi kembali sebanyak dua kali dan dihitung rata-rata volume asam oksalat yang digunakan dari tiga kali titrasi yang telah dilakukan

2. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat dalam Asam Cuka Komersial.a. 2 mL asam cuka komersial dituangkan kedalam labu takar 250 mL dengan menggunakan pipet ukur.b. Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tanda batas kemudian labu takar tersebut ditutup dan dikocok hingga larutan homogen.c. 15 mL asam cuka yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL, kemudian sebanyak 2-3 tetes indikator fenophtalein ditambahkan kedalam larutan tersebut.d. Buret yang akan digunakan dicuci dengan akuades kemudian dikeringkan.e. Larutan standart NaOH 0,1 M yang telah distandarisasi di masukkan ke dalam buret.f. Larutan asam cuka encer dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 M dalam buret.g. Jika terjadi perubahan warna yang konstan titrasi dihentikan dan dicatat volume NaOH yang digunakan.h. Dilakukan kembali titrasi sebanyak tiga kali dan dihitung volume rata-rata yang digunakan saat titrasi.

V. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil dan Perhitungan1. Hasil
No.
Percobaan
Pengamatan
1.
2.
- Ditambahkan 2 tetes indikator fenoftalein ke dalam erlenmeyer yang berisi NaOH
- Dititrasi larutan NaOH dengan larutan asam oksalat yang ada di dalam buret.
- Perubahan warna.
- Asam cuka didalam gelas ukur.
- Diencerkan asam cuka didalam labu takar dengan akuades.
- Ditambahkan 2 tetes indikator fenoftalein ke dalam erlenmeyer yang berisi asam cuka encer.
- Dititrasi larutan asam cuka encer dengan larutan standar NaOH 0,1 M didalam buret.
- Perubahan warna yang terjadi.
Volume NaOH = 10 mL
Volume titrasi = 4,9 mL
Ungu menjadi bening
Volume = 10 mL
Volume = 250 mL
Volume = 10 mL
Volume titrasi = 0,45 mL
Bening menjadi ungu


2. Perhitungan

I. Standarisasi Larutan NaOHKonsentrasi Larutan Asam OksalatDiketahui : Massa asam oksalat = 1,26 grMr asam oksalat = 126 grVolume larutan asam oksalat = 100 mL = 0,1 LMolaritas asam oksalat =(massa asam oksalat/ Mr asamoksalat)= Volume larutan asam oksalat
= (1,26/126) mol = 0,1 mol/L
= 0,1 L
Ditanya : Normalitas asam oksalat = ………?
Jawab : H2C2O4 2H+ + C2O4-Normalitas asam oksalat = n. M= (2 ek / mol) x (0,1 mol/L)= 0,2 ek/LPenentuan Konsentrasi NaOHDiketahui : Volum NaOH saat titrasi = 10 mLVolum rata-rata asam oksalat saat titrasi = 4,9 mLNormalitas asam oksalat = 0, 2 ek/LPada saat titik ekuivalen(N.V)asam = (N.V)basa(N.V)oksalat = (N.V)NaOH0,2 ek /L. Voksalat = NNaOH. 10 mLNNaOH = 0,2 ek/L. 4,9 mL10 mL= 0,098 N ≈ 0,01 N

b. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat dalam Asam CukaDiketahui : Volum asam asetat yang dititrasi = 10 mLVolum rata-rata NaOH untuk titrasi = 0,45 mL
Normalitas NaOH digunakan untuk titrasi = 0,098 NDitanya : Normalitas asam asetat yang dititrasi = …………..?Jawab : Pada saat titik ekivalen titrasijumlah ekuivalen asam = jumlah ekuivalen basa(N.V)asam = (N.V)basaN asetat .Vasetat = N NaOH . VNaOHN asetat . 10 mL = 0,098 . 0,45N asetat = 0,098 . 0,4510N asetat = 0,00441 mol/L= 4,41 x 10-3 mol/LKarena asam asetat adalah asam monoproptik, maka n asam asetat = 1 ek/mol, sehinngga :
CH3COOH CH3COO- + H+Masetat = Nasetat / n= 4,41 x 10-3 /1= 4,41 x 10-3 MKarena pengenceran yang dilakukakn sebanyak 50x maka konsentrasi asam asetat setelah diencerkan dapat dihitung sebagai berikut;4,41 x 10-3 x 50 = 0,2205 NKonsentrasi asam asetat sebelum diencerkan dapat dihitung sebagai berikut;(M.V) sebelum pengenceran = (M.V) setelah pengenceranM sebelum pengenceran = Masetat. (250 mL / 10 mL)= 0,2205 x (25)= 5,5125 MKonsentrasi asam asetat dinyatakan dalam persentase (b/v) adalah%CH3COOH (b/v) = Masetat x Mrasetat x (1L/1000 mL) x 100= Masetat (M).60 (gr/mol) x (1L/1000 mL) x 100= 5,5125 x 60 (1/1000) x 100= 33,075 % (b/v)Jadi, konsentrasi asam asetat 33,075 gr dalam 100 mL pelarut air.

B. PEMBAHASANPada percobaan kali ini kita melakukan analisis kuantitatif untuk menentukan kadar asam asetat dalam asam cuka komersial, yang beredar di pasaran. Di mana pada percobaan ini digunakan asam cuka botol cap sendok. Analisis yang dilakukan adalah analisis tirimetri karena kadar komposisi ditetapkan berdasarkan volum pereaksi (konsentrasi diketahui). Penggunaan analisi tirimetri ini menggunakan larutan NaOH 0,1 N sebagai larutan standarnya. Karena NaOH merupakan larutan standar sekunder, maka sebelum digunakan terlebih dahulu larutan NaOH tersebut distandarisasi dengan larutan asam oksalat yang merupakan suatu standar primer.Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam oksalat dan larutan standar NaOH 0,1 N dan asam asetat dengan larutan standar NaOH. Pada pembuatan larutan standar asam oksalat indikator yang digunakan yaitu fenophtalein. Perubahan warna yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah menjadi bening dengan warna asal mula adalah ungu. Jangka pH pada saat terjadi perubahan warna adalah berkisar antara 8-10. Perubahan warna ini terjadi karena telah tercapainya titik ekuivalen, yaitu titik di mana jumlah larutan standar NaOH dengan larutan asam oksalat. Volume larutan asam oksalat yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 4,9 mL.Pada penentuan Konsentrasi asam asetat terjadi reaksi antara asam lemah (CH3COOH) dengan basa kuat (NaOH). Sebelum dititrasi, asam asetat telah diencerkan terlebih dahulu. Karena asam asetat adalah asam monoproptik, maka n asam asetat sebesar 1 ek/mol.Reaksi yang terjadi pada saat penitrasian adalah :CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2OPada proses penitrasian antara asam asetat dengan larutan standar NaOH 0,1 M terjadi perubahan warna dimana setelah ditetesi indikator fenophtalein sebanyak 2 tetes warna yang terjadi yaitu bening menjadi berwarna ungu. Seperti halnya dengan titrasi di atas, perubahan warna ini terjadi pada pH dengan kisaran 8-10. Penyebab perubahan warna ini karena telah terjadi pencapaian titik ekuivalen. Volume NaOH yang diperlukan pada saat titrasi sebanyak 0,45 mL.Pada penentuan konsentrasi NaOH didapat normalitas NaOH sebesar 0,098 N, sedangkan pada penentuan konsentrasi asam asetat dalam asam cuka didapat normalitas asetat sebesar 4,41 x 10-3 N. Setelah itu nilai ini digunakan untuk mencari konsentrasi asetat sebelum pengenceran maka didapat hasil sebesar 5,5125 M. Konsentrasi asam asetat yang dinyatakan dalam persentase sebesar 33,075 %.

VII. KESIMPULANKesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut :1. Standarisasi larutan bertujuan untuk menetukan konsentrasi dari larutan standar.2. Pada penentuan konsentrasi NaOH didapatkan normalitas NaOH sebesar 0,098 N, sedangkan pada penentuan konsentrasi asam asetat dalam asam cuka didapat normalitas asetat sebesar 4,41 x 10-3 N.3. Persentase asam asetat cap sendok sebesar 33,075 %.4. Analisis kuantitatif memberikan informasi mengenai berapa banyak komposisi suatu komponen dalam sampel.


DAFTAR PUSTAKABrady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bina Rupa Aksara, Jakarta.Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran edisi 2. Bina Rupa Aksara, Jakarta.Syukri.1999. Kimia Dasar 2. ITB, Bandung.